Cinta, ya terkadang inilah yang menjadi suatu ujian dalam memulai pernikahan. Menjadi suatu kebahagiaan memang bagi mereka yang Allah pertemukan ketika sudah memiliki kecenderungan rasa sebelum masa pernikahan apalagi di masa-masa penantian itu mereka sama-sama menjaga hati dan diri (tanpa aktivitas pacaran).
Kisah Cinta Ali dan Fatimah, adalah kisah cinta yang penuh romantika~
Cerita cinta mereka memang luar biasa indahnya, cinta yang selalu terjaga kerahasiaannya dalam sikap, kata, maupun ekspresi. Hingga akhirnya Allah menyatukan mereka dalam sebuah ikatan suci yang bernama pernikahan.
***
Namanya Ali, putra dari Abi Thalib, Ali adalah keponakan dari Rasulullah SAW. Sejak masih kanak-kanak, Ali telah mengagumi Fathimah Azzahra, yaitu putri dari Rasulullah SAW. Kekagumannya bermula saat Ayah Fathimah (Rasulullah SAW) pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang berlumur isi perut unta. Fathimah membersihkan dengan hati-hati ayahnya, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya. Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati yang menangis. Fathimah kemudian bangkit, Ayahnya tidak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya!. Dengan gagah gadis cilik itu berjalan menuju Ka'bah, disana para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa karena bangga akan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka seolah waktu tak berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu berkesempatan untuk menimpali. Mengagumkan bukan pemakanjalaners? dan sejak saat itulah Ali merasakan cinta.
Cinta Ali pada Fatimah bukan cinta monyet yang bisa dengan mudah terlontar begitu saja kayak abegeh masa kini, namun sebuah cinta yang dihiasi proses kedewasaan di balik umurnya yang masih muda. Cinta yang disimpannya begitu rapat hingga tidak ada yang mengetahui, bahkan syaithan pun tidak tahu.
Pada suatu ketika Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat dengan ayahnya, dialah Abu Bakr Ash Shiddiq. Entah mengapa saat mendengar berita ini, Ali terkejut dan tersentak jiwanya, muncul rasa-rasa yang diapun tak mengerti *cemburu kali yeeee.ihiiiir*. Ali minder karena dia merasa gak ada apa-apanya dibanding Abu Bakr, ia merasa hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. Melihat dan memperhitungkan hal itu, Ali ikhlas jika Fathimah bersama Abu bakr, meskipun ia tak mampu membohongi rasa-rasa dalam hatinya.
Ternyata lamaran Abu Bakr ditolak. Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu. Ali terus menjaga semangat untuk mempersiapkan diri, ia berharap masih memiliki kesempatan itu.
"Cinta tak pernah meminta untuk menunggu, ia hanya mengambil kesempatan dengan segera atau mempersilakan, karena cinta tentang keberanian dan pengorbanan"
Namun ujian cinta bagi Ali belum berakhir, Setelah Abu Bakr mundur, datanglah seorang laki-laki yang tak kalah luar biasa kembali datang berniat melamar Fathimah. Lekaki yang jikalau syaithan mendengar langkah kakinya membuat syaithan berlari takut dan musuh Allah bertekuk lutut. Ia adalah 'Umar bin Khaththab. Pembeda antara hak dan yang bathil. Lelaki yang membuat dakwah Islam jauh lebih terbuka dan terang terangan. Memang, jika dibanding dengan Ali, Umar termasuk yang terakhir memeluk Islam. Tapi semangatnya mengejar ketinggalan, dan gegap gempita sabetan pedangnya yang konon hanya sanggup dibawa oleh sepuluh orang ini membuat Ali kecut. Lagi-lagi Ali meng-itsar-kan cintanya pada saudara nya Umar. Ia yakin Fatimah akan jauh lebih aman bersama Umar. Dan ia ridha akan itu.
Namun beberapa saat kemudian Ali bingung ketika mendapat kabar bahwa lamaran Umar juga ditolak. Manantu idaman seperti apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Ali jadi ragu, akankah ia bisa? Dibuang jauh-jauhlah perasaan itu, ia maju ke medan peperangan cinta ini. Karena cinta tak menanti, ia ada jika kesempatan mempersilakan, dan Ali mengambil kesempatan itu. Dengan modal harta yang apa adanya ia datang, hanya seperangkat baju besi yang biasa ia pakai berperang menjadi modalnya. Ia sampaikan tujuan nya untuk meminang Fathimah pada Rasulullah SAW. Nabi tersenyum kecil, dan berkata “Ahlan wa sahlan”. Lamaran pun bersambut.
****
Inilah kisah dari perjuangan cinta Ali, dimana kita belajar bahwa Ali dengan ridho dan ikhlas mengorbankan cintanya pada Abu bakr, pada Umar tanpa sakit hati. Dan yang kedua, kita belajar bagaimana Ali mengambil kesempatan serta tanggung jawab untuk menikahi Fatimah, memang kondisi ekonominya tidak sempurna, namun ia mempunyai niat dan komitmen yang sempurna hingga Allah mudahkan jalannya.
Ali telah memenangkan peperangan ini, bukan berperang melawan Abu Bakr atau Umar dalam memperebutkan sang gadis pujaan. Namun lebih besar dari itu, ia berperang melawan hawa nafsunya. Ia memenangkan hatinya sendiri, dari keraguan dan bisikan keputus asaan. Dalam ujian "hati" ini ia terus diam. Tidak ada salah tingkah, gak ada syair-syair rindu sambil merepet kegalauan.
Ia menang dan maju sebagai lelaki sejati, menawarkan cinta berlandasakan keimanan. Tanpa janji-janji, tanpa penantian yang tak berujung, tanpa harapan kosong (PHP) yang dengan mudah diumbar.
Ali contoh gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan!" (Tak ada pemuda kecuali Ali!)
Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti Ali. Ia mempersilakan atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.
****
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah), Fathimah berkata kepada Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu, aku pernah satu kali merasakan jatuh cinta kepada seorang pemuda dan aku ingin menikah dengannya.”
Ali terkejut dan berkata, “Kalau begitu mengapa engkau mau menikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?”.
Sambil tersenyum Fathimah menjawab, “Ya, karena pemuda itu adalah dirimu.” ini merupakan sisi ciye-ciye prikitiw~ dari hubungan mereka berdua.
Ajiiiib benerrrr! dua-duanya menyimpan rasa yang sama.
****
Phyuh~ Inilah cinta sejati, inilah cinta yang hakiki. Cinta yang disimpan dalam-dalam di ruang hati, hanya Sang Pemilik cinta yang tahu akan rasa itu. Cinta dalam diam itu tidak mudah aseli ribet sendiri, kita harus pandai-pandai membingkai perasaan tersebut agar bukan cinta yang mengendalikan diri kita, tetapi kita yang mengendalikan cinta.
Beruntungnya Ali&Fathimah yang mendapatkan cerita happy ending. Berharap memiliki akhir kisah cinta yang rasanya hampir mirip-mirip, apalah daya ternyata kebagian yang sad ending. Kebagian cinta yang juga butuh pengorbanan. :'D
Yasudah, ikhlaskan ia, demi kebahagiannya.
Yasudah, ikhlaskan ia, demi kebahagiannya.
Pemakanjalaners....
Mungkin ia gadis yang kau cintai, atau pemuda itu yang kau dambakan.
Namun, sungguh tak perlu rasanya ia tahu sebelum masanya tiba.
Biarlah ia menunggu, sebagaimana Fatimah menunggu hadirnya cinta yang ia nanti.
Atau jika kau lebih berani, jadilah Ali.
"Jika kamu memelihara dirimu dari suatu perkara yang haram karena Allah swt. diatas wanita yang dicintaimu dengan banyak bersabar. Insya Allah, Allah akan menghalalkannya untukmu atas kesabaranmu karena Allah"
Semoga kita bisa mengambil hikmahnya.
#ceritalamadituliskembali
#denganmengambilberbagaisumber